Advertising

Rabu, 07 Juli 2010

Letterpress

Dalam dunia percetakan kita mengenal dengan istilah Letterpress atau percetakan bergambar timbul. Ini merupakan metode percetakan yang paling tua. Contoh sederhana dari prinsip letterpress adalah cap karet. Image yang hendak dicetak diukir pada sebuah karet datar, meninggalkan image yang timbul pada permukaan karet. Ketika tinta diaplikasi pada permukaan timbul ini kemudian ditekankan pada kertas atau material lain maka gambar akan tercetak.

Kebanyakan sejarawan percaya bahwa Johann Gutenberg dari Mainz, Jerman merupakan penemu proses percetakan letterpress seperti yang kita ketahui sekarang. Gutenberg tidak menggunakan metode tangan dan balok. Sekitar tahun 1440, dia menemukan sebuah cetakan tangan untuk membuat potongan individual tipe dari timah leleh dan material lainnya. Cetakan ini mampu membuat banyak salinan identik dari karakter yang sama dan semua karakter dapat dibuat dari cetakan dalam ukuran yang sama yang menjadikannya tersusun dan cocok satu sama lain dengan akurat. Karena potongan logam ini dapat digunakan kembali dan digerakkan maka penemuan ini disebut juga moveable type. Metode percetakan ini disebut sebagai letterpress karena mencetak huruf-huruf individual dalam sekali tekan.

Kebanyakan plat yang digunakan untuk proses percetakan letterpress sebenarnya merupakan plat duplikat atau copy dari plat original. Plat original terbuat dari lembaran datar dari zinc, magnesium, atau tembaga yang telah dibalut dengan bahan kimia bersensitivitaskan cahaya. Setelah disingkapkan ke cahaya melalui film negatif, bahan kimia akan menghilang pada daerah non-image yang tidak terekspos, meninggalkan image yang hendak dicetak timbul diatas permukaan. Plat-plat original ini disebut engravings yang digunakan untuk menduplikat plat.

Ada empat jenis plat duplikat yang umumnya digunakan untuk percetakan letterpress, yaitu electrotypes, stereotypes, plat plastik, dan plat karet.

Gutenberg menggunakan apa yang disebut platen press untuk mencetak Kitab Sucinya (bibble) yang terkenal. Sebuah platen press memiliki dua permukaan datar: satu yang disebut bed dan yang lainnya disebut platen. Bagian bed yang menahan plat pencetak; bagian platen memegang kertas. Plat kemudian ditintai dengan roller tinta. Kertas atau material lain akan masuk, baik secara manual maupun otomatis ke dalam platen. Platen dan bed membuka dan menutup seperti cangkang kerang.

Sebuah press silinder juga memiliki bed yang datar yang menahan plat pencetak. Silinder yang berputar menyediakan tekanan untuk percetakan. Kertas atau material lain diambil oleh silinder dan ditahan oleh penjepit baja yang disebut grippers. Plat pada bed datar bergerak ke samping untuk bertemu dengan silinder. Kertas kemudian dilalui oleh plat bertinta. Silinder menyelesaikan rotasinya dan melepaskan kertas ketika bed kembali pasi posisi semulanya. Pembuatan presses silinder dengan bed datar tidak lagi dilanjutkan di Amerika Serikat pada tahun 1962 ketika rotary press yang lebih produktif telah banyak digunakan.

Percetakan letterpress kebanyakan kini menggunakan web-fed rotary presses. Sebuah rotary press tidak memiliki bed datar. Melainkan menggunakan sebuah plat silinder dan silinder cetakan (impression cylinder). Plat diukir sesuai plat silinder: Impression cylinder menyediakan tekanan. Kertas atau bahan lain tercetak ketika melewati plat silinder dan impression cylinder yang berputar.

Ketika phototypesetting ditemukan pada akhir 1940-an, penggunaan tipe logam tuang dan percetakan letterpress mulai menurun. Letterpress kini telah digantikan kepopulerannya oleh flexography (percetakan timbul yang menggunakan plat karet atau plastik), litografi, dan gravure. (Print indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar