Advertising

Senin, 13 April 2015

Belajar dari Pengalaman

Pernahkah anda mendengar banyak kata-kata bijak yang menyatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik? Sebenarnya tujuan dari kata-kata hanya untuk memotivasi kita agar tidak meremehkan pengalaman, karena banyak orang yang belajar tapi tidak mau bertindak. Tapi dalam kenyataannya, mengalami segala hal sendiri tidak ada maknanya jika tidak didasari dengan belajar dari pengalaman orang lain.

Tuhan telah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial. Setiap dari kita saling membutuhkan satu sama lain. Jika ada orang yang memilih untuk mengalami segala hal sendiri dan mengabaikan pembelajaran dari orang lain, tentunya ia telah menghabiskan banyak waktu untuk mengalami beberapa hal yang seharusnya bisa ia ketahui di awal.

Contohnya sederhana, ketika seorang laki-laki hendak berenang menyeberangi sungai yang belum pernah ia singgahi. Ia tidak mengetahui bahwa sungai tersebut penuh buaya yang kelaparan. Akhirnya, karena ia tidak mau belajar dan mengandalkan pengalaman lalu ia menyeberang. Apa yang terjadi?

Kemungkinan besar ia akan menjadi korban sesuatu yang seharusnya ia ketahui di awal. Terus bagaimana dengan orang yang menganggap dirinya sukses hanya melalui pengalaman pribadi? Orang yang tidak sekolah SD tapi jadi pengusaha sukses? Orang yang bisa jadi pemimpin tanpa kuliah? Perlu kita ketahui, belajar bukan berarti hanya di sekolah. sekolah hanyalah satu aspek dari tiga aspek terpenting pendidikan (dua lainnya adalah lingkungan dan keluarga), masih banyak aspek-aspek lainnya.

Mereka yang mengatakan bahwa orang bisa sukses hanya dengan mengandalkan pengalaman pribadi adalah tidak tahu konsep yang benar. Sebenarnya, sebagai awal dari ia memulai sesuatu, baik bisnis atau apapun, ia belajar dari pengalaman orang lain. Contohnya, salah seorang self-made billionaire terbesar di dunia sekarang ini, Shedon Andelson. Ia memulai karirnya dengan menjual Koran di usia 12 tahun, setelah itu ia mencoba 10 jenis usaha hingga ia menjadi seorang billionaire. Jika secara sekilas anda bisa mengatakan bahwa ia bisa sukses karena pengalaman sendiri. Tapi sebenarnya dibalik semua itu ada pembelajaran. Belajar dari melihat, mendengar, dan membaca. Bagaimana di usia 12 tahun ia terpikir menjual Koran? Ia melihat orang lain yang menjual koran dan mendapatkan untung. Bagaimana ia bisa berfikir menjual perlengkapan toilet ke hotel?

Tentu ia belajar dari orang lain, memperoleh informasi dari orang lain bahwa hotel membutuhkan perlengkapan toilet dan menjual perlengkapan toilet ke hotel itu menguntungkan. selain itu, salah satu bisnis terbesarnya adalah membangun Sky Park Resort. Bagaimana ia bisa membangun Sky Park Resort? Jika ia langsung membangun tanpa ilmu pastinya tidak akan menjadi besar. Ia belajar dari orang lain, belajar dari buku, belajar dari melihat, belajar dari para pakar, mendengarkan saran orang lain. Itulah arti pembelajaran.

Maka, pengertian pengalaman adalah guru terbaik bukan berarti hanya pengalaman yang diperoleh sendiri. Tapi pembelajaran dari pengalaman orang lain. belajar dari orang lain berada di urutan pertama, setelah itu baru pengalaman pribadi. konsep inilah yang membuat peradaban dunia terus berkembang. Standar hidup masyarakat di dunia bisa menjadi seperti sekarang ini karena belajar mengambil ilmu dari para pendahulu, lalu mengembangkannya. karena mengambil hal-hal baik dari orang terdahulu adalah baik, dan melakukan inovasi dengan dasar pengalaman orang terdahulu itu lebih baik.

Tapi, banyak sekali orang yang belajar tapi malas bertindak. Walaupun sebenarnya itu lebih baik daripada malas belajar dan malas bertindak, dan hanya bertindak tanpa belajar. akhirnya kebiasaan seperti ini mengakibatkan banyak orang bijak yang mengatakan pengalaman (pribadi) adalah guru terbaik. ini dikemukakan agar orang-orang yang sudah belajar mau untuk bertindak (mengalami sendiri). jadi kata-kata ini hanya berlaku bagi yang sudah belajar, bukan bagi orang yang belum belajar. Jika orang yang belum belajar percaya 100% dengan kata-kata tersebut, yang ada hanyalah membahayakan dan merugikan dirinya sendiri. Hidup tidak efisien dan menyulitkan. Yang benar adalah belajar dari orang lain terlebih dahulu setelah itu mengalami.

Bagi yang sudah belajar tapi malas bertindak, ketahuilah bahwa anda telah memperoleh nilai 1, tinggal satu langkah lagi untuk memperoleh nilai 10. Untuk memperoleh nilai sepuluh kali lipat itu butuh perjuangan keras, dan kadang bertindak itu sangat sulit bagi orang yang sering menghabiskan banyak waktu untuk belajar dari orang lain. Saatnya menggandakan nilai 1 tersebut menjadi 10 dengan mengasah mental untuk bertindak.

Karena ilmu tanpa pengamalan bagai pohon tanpa buah. Bergeraklah karena dalam setiap gerakan terdapat berkah dari Tuhan. (Darius AR/ amhardinspire.com. Foto: kaskus.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar